peluang usaha

Selasa, 07 Februari 2012

KEMUNCULAN GERAKAN TURKI MUDA DAN PENGARUHNYA DALAM MENOPANG PEMERINTAHAN SEKULER TURKI

A. Gerakan Pembaharuan Pasca Usmani Muda
Sebagaimana telah diketahui, periode usmani muda decade 1860-1870 dibarengi dengan reaksi dan dominasi rezim otoriter dan dictator yang menentang prinsip-prinsip konstitusional dan modernis usmani muda. Rezim ini ditegakkan di atas kekuasaan, birokrasi dan kebijakan sultan yang absolute. Sang sultan dipandang sebagai pimpinan islam, dan mengklaim sebagai otoritas global atas seluruh muslim.
Namun demikian rezim ini memadukan antara loyalitas inslam yang konservatif dengan konstitusi reformasi teknik tanzimat. Dalam periode ini diperkenalkan sekolah, kitab perundang-undangan, lintasan kereta api dan teknik militer yang baru.

B. Kemunculan Gerakan Turki Muda
Setelah masa kekuasaan yang absolute dikendalikan oleh usmani muda maka generfasi intelektual turki bangit pada sekitar tahun 1880-an dan 1890-an dan melancarkan aksi terhadap rezim yang konservatif. Serangan-serangan ini adalah sebagai akibat dari pesatnya perkembangan pendidikan dan perekonomian meningkatkan posisi kalangan akademisi. Pers menyebarluaskan ide-ide eropa tentang ilmu pengetahuan dan politik serta mempopulerkan sikap-sikap barat. Meskipun masih ada control pemerintah yang berusaha menekan dan melakukan penyensoran. Ide-ide tersebut menyebar dari ibukota ke sejumlah wilayah propinsi lantaran peran para pelajar.
Para jurnalis, penulis, penerbit dan agiator yang mengasingkan diri di paris pada tahun 1889 membentuk sebuah kelompok yang dinamakan Turki Muda, yang dalam kosepsi gerakannya mempertahankan persekutuan mereka terhadap dinasti usmani, namun mereka mengagitasi restorasi sebuah rezim parlementer dan konstitusional[9].
Gerakan ini secara internal terbagi menjadi dua yaitu yang pertama kelompok yang dipimpin oleh Ahmad Riza, kelompok ini menghendaki seorang sultan yang kuat, pemusatan kekuasaan, dan pengutamaan unsure-unsur muslim-turki dari wwarga usmani; dan sebuah kelompok lainnya yang dipimpinoleh Sultan Sabbahedin, yang menekankan bentuk-bentuk desentralisasi pemerintahan usmani, dan menghendaki sebuah masyarakat federasi dengan pemberian otonom bagi warga Kristen dan warga minoritas lainnya.
Gerakan ini, sekitar tahun 1905 didirikan Fatherland Society atau Masyarakat tanah air oleh Mustafa Kemal, yang pada saat itu menjabat perwira militer dan kelak akan menjadi presiden pertama turki. Kemudian sebuah kongrs Turki Muda membentuk Committee for Union and Progress (CUP) pada tahun 1907. Tahun 1908 cabang CUP di Monastir memberontak dan menuntut sultan untuk kembali menggunakan UUD 1876.
Konsepsi dari Turki muda adalah pan Turkisme, yang mulanya dicetuskan oleh Yusuf Akcura. Menurutnya[10] bahwa penciptaan satu bangsa turki dari berbagai usnsur yang ada di kerajaan adalah ilusi, bahwa Negara-negara colonial akan menghadang upaya apa pun untuk menciptakan persatuan politis yang dilakukan oleh umat muslim sedunia, tapi Pan-turkisme akan mendukung semua bangsa turki di asia dan hanya akan menentang rusia.
Pemikiran Akcura ini mendapatkan dukungan dari kalangan kaum intelektual Turki muda namun ia tidak memperoleh pengakuan Negara sampai meletusnya perang Balkan tahun 1913.
Antara tahun 1913-1918 CUP menempuh program yang agresif dalam mensekulerkan sekolah-sekolah, lembaga peradilan dan kitab perundang-undangan dan menempuh langkah awal dalam memeprjuangkan emansipasi wanita. Pada tahun 1916 pemerintahan CUP mereduksi peran sayikul islam, dan mengalihkan seluruh yurisdiksi peradilan muslim kepada kementrian kehakiman, dan menyerahkan penanganan perguruan muslim kepada kementrian pendidikan.
Sekitar tahun 1917 diberlakukan UU Keluarga yang berorientasi kepada kultur eropa. Oposisi sebelumnya yang dikuasasi oleh gerakan usmani muda dengan cepat menjadi kekuasaan Turki muda yang berhaluan lebih sekuler.
Program CUP memihak kepentingan usmani dan sekularis, tetapi ia juga meningkatkan orientasi turki. Konsepsi Turki Muda yang mengagkat tema pan turkisme berhasil mengukuhkan imperium usmani dalam term kebangsaan Turki. Pola pemikiran ini memberikan peluang kepada Kristen untuk mengusulkan bahwa masyarakat yang memiliki warisan etnik, linguistic dan keagamaan seharusnya memiliki sebuah Negara territorial sendiri. Puncaknya sekitar akhir abad kesembilanbelas telah lahir sejumlah kebangsaaan Kristen diantaranya Yunani, Serbia, Rumania, Bulgaria dan Montenegro. Kesemuannya itu semula adalah bagian dari imperium usmani. Lalu Albania melancarkan pemberontakan dan Armenia mengklaim sebagai wilayah otonom.
Ziya Gokalp (1875-1924) tampil sebagai sosok Turki Muda yang dominan dan pembawa semangat nasionalisme yang fanatic. Tanpamenyesali kemunduran imperium usmani, ia meresmikan kultur rakyat turki dan meyerukan reformasi islam untuk menjadikan islam sebaga ekspresi dari etos turki. Gokalp mengelar kampanya kebangsaan untuk menyederhanakan bahasa turki, menjadikannya lebih mudah diterapkan dikalangan masyarakat umum dan meyadarkan masyarakat umum atas nasionalisme turkinya sendiri.
Ide pemikiran nasionalisme Turki dalam pandangan Gokalp bersumber pada budaya atau menggunakanpendekatan sosiologis. Bagi Gokalp, suatu perubahan politik tidak akan berarti apa-apa, kecuali jika diikuti revolusi sosiokultural. Tujuan akhir Turkisme gokalp adalah menumbuhkan suatu kebudayaan nasional yang bukan pula kebudayaan barat. Tanpa menumbuhkan kebudayaan,turki sendiri tidak akan menjadi reformis dan modernis yang sejati. Dengan demikian, nasionalisme dalam pandangan Gokalp bisa disebut Turkisme Kultural, yang bukan merupakan sebuah partai politik, melainkan gerakan ilmiyah, filosofis, estetis, dan moral.
Dalam pandangannya suatu bangsa merupakan sebuah kelompok atau kolektivitas social yang terdiri atas para individu yang menerima pendidikan yang sama, memiliki bahasa, emosi, idea-idea, agama, moralitas, dan rasa estetika yang sama.
Bagi Gokalp, factor religious tidak menjadi hal mutlak dalam criteria nasionalisme turki, agama menjadi sebuah moralitas dan solidaritas social. Oleh karena itu,pikiran-pikiran teokrasi harus dibersihkan dari persoalan politik. Sehingga pada akhirnya, ia merekomendasikan sayikul islam dihapuskan. Dengan demikian secara sederhana dapat dipahami bahwa pemikiran Gokalp adalah pemisahan antara agama dengan politik.
Gagasan kebangsaan turki tersebut memperkuat kecenderungan terhadap sekularisme dan moderitas, sebab gagasan tersebutmembuka kesempatan bagi bangsa turki untuk melepaskan diri dari islam tanpa harus bersikap kompromis terhadap identitas barat mereka. Konsep Kebangsaan Turki atau Pan Turkisme member peluang gagasan tersebut menetapkan sebuah kewargaan yang baru yang menumbuhkan identitas kesejarahan masyarakat turki dan bukan identitas kesejarahan masyarakat muslim dan dengan demikian ia merupakan identitas modern dan bukan identitas barat[11]
Ide terbentuknya sebuah pan turkisme terjadi saat berbagai peristiwa politik antara tahun 1908-1918 yang mengakhiri kelangsungan imperium turki yang multinasional, dan multireligius. Pada akhir perang dunia I apa yang tersisa dalama imperium turki usmani adalah Anatolia dengan mayoritas warga turki dan sebagian kecil warga keturunan yunani, kurdi dan Armenia. Realitas kehidupan politik usmani sekarang ini sejalan dengan konsep nasionalis tentang masyarakat turki.
Pada tahun 1918 imperium turki usmani telah hancur, namun elit birokratik dan militer telah siap mengubah komitmen mereka dari sebuah rezim multinasional dan multireligius menjadi sebuah Negara nasional turki dan sekuler.

0 komentar:

Posting Komentar